Pengarang : Drs. Zainal Mursalin
Penerbit : CV. Sahaya Adidayatama
Tahun Terbit : 2005
Jumlah Halaman : 140
Dalam kehidupan sekarang ini,
kebanyakan orang kurang memiliki semangat untuk bisa mengubah nasibnya. Mereka
menganggap bahwa semua yang terjadi sepenuhnya merupakan kehendak yang maha
kuasa. Setiap hari mereka melalui hari dengan kepasrahan dan minim sekali
usaha. Seperti yang dapat kita saksikan di daerah-daerah peinggiran ibu kota
banyak sekali kuam pemulung yang hanya menggantungkan kehidupannya dari sampah
yang hanyut di sungai. Sama sekali tidak ada semangat untuk bisa memperbaiki
kehidupannya. Padahal bila kita mau berusaha semuanya pasti akan menjadi lebih
baik.
Buku ini menampilkan contoh perjuangan
hidup yang akhirnya dapat merubah nasib. Di kisahkan seorang tukang becak
bernama Sukarman memiliki putri bernama Yuniarti yang menderita penyakit tumor
di hidungnya. Namun, karena penghasilan
Sukarman sebagai tukang becak tidak mencukupi, ia tidak mampu membawa anaknya
berobat. Dengan keadaan yang seperti itu Sukarman tidak pernah menyerah dan
terus mengayuh becaknya setiap hari. Hingga suatu ketika ia bertemu dangan turis
baik hati bernama Bill Morrow yang bersedia membantu pengobatan putrinya.
Berkat bantuan Bill Morrow penyakit putrinya berhasil disembuhkan dan ia pun berhasil
memiliki segala sesuatu yang lebih layak. Tetapi tiba-tiba krisis moneter
menghadang dan merenggut semua kesenangan yang baru saja ia miliki. Pada
akhirnya, berkat kegigihan dan rasa sayang terhadap keluarga, ia berhasil
mengangkat kembali perekonomian keluarganya dengan bantuan salah seorang
anaknya yang bernama Wati.
Sebuah kisah kehidupan dengan latar
belakang budaya Yogyakarta dan segala keunikannya terdapat dalam buku ini. Alur
kehidupan yang tidak pernah kita tahu jalannya, tertuang dalam cerita kehidupan
Sukarman yang penuh perjuangan. Banyak hal yang dapat kita teladani dari
kehidupan keluarga Sukarman mulai dari kegigihan dalam hidup sampai cara mereka
menjalin hubunngan dengan orang lain.
Pada bagian awal buku ini di
paparkan mengenai salah satu kebudayaan di Yogyakarta yaitu Sekatenan. Terutama
pada bagian pertemuan Sukarman dengan Bill. Hal ini dapat menambah wawasan
pembaca mengenai kultur budaya di
Yogyakarta. Sehingga kita terutama bangsa Indonesia bisa lebih menghargai
kebudayaan negri sendiri karena dijelaskan bahwa orang asing sebenarnya sangat
tertarik dengan budaya-budaya itu.
Selain itu pada bagian tengah buku
ini diceritakan bahwa setelah krisis moneter anak Sukarman yang bernama Wati
lah yang sangat berperan penting dalam menyelamatkan perekonomian keluarganya. Karena
bisa dibilang Wati adalah orang yang paling berilmu di dalam keluarganya. Sebab
Wati telah disekolahkan dengan bantuan Bill Morrow di sebuah sekolah seni di
Yogyakarta. Jadi secara tidak langsung penulis sebenarnya ingin menyampaikan
pada pembaca bahwa pendidikan sangat berguna dalam memperbaiki kehidupan masa
depan.
Namun di antara berbagai kelebihan
dari buku ini terdapat juga beberapa kelemahan misalnya bahasa yang diguanakan
tidaklah sepenuhnya bahasa Indonesia yang baku. Di sana-sini masih terlihat
bahasa jawa yang berlum diserap ke bahasa Indonesia dan terdapat pula
kalimat-kalimat bahasa Inggris dimana kedua bahasa ini mungkin akan mempersulit
bagi orang awam untuk memahami makna kalimatnya.
Selain itu, pada pemaparan ceritanya
penulis terkesan sangat menggurui pembaca. Terutama di bagian awal cerita yaitu
saat Karman bertemu dengan Bill. Walaupun penulis mengkondisikan Karman
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Bill namun itu terlalu bertele-tele
sehingga bagi yang kurang suka membaca buku hal ini akan menimbulkan rasa
bosan.
Pada dasarnya buku ini mengandung
nilai-nilai kehidupan yang penting untuk bisa di resapi terutama bagi kalangan
muda. Karena dengan membaca buku ini kita bisa menauladani cara-cara hidup
Keluarga Sukarman yang penuh kerja keras dalam memperbaiki nasibnya. Kita pun
juga dapat mendapat tambahan pengetahuan mengenai kebudayaan Indonesia terutama
di daerah Yogyakarta.