KERAJINAN SANGKAR BURUNG
Di
Desa Jamburejo, Sodo, Paliyan terdapat sebuah tempat kerajinan sangkar burung.
Kerajinan ini adalah milik seorang warga asli Sodo yang bernama Bapak Wadi. Pak
Wadi telah cukup lama menekuni profesi sebagai pengrajin sangkar burung. Dari
yang dulunya hanya sekedar coba-coba, sekarang usahanya ini telah mampu
menghidupi keluarga dan menciptakan lapangan kerja bagi beberapa orang di
desanya.
Jenis sangkar yang dihasilkan tempat
kerajinan Pak Wadi adalah sangkar untuk burung tunggal, namun biasanya juga
melayani bila ada pesanan untuk pembuatan kandang burung kelompok (satu kandang
untuk banyak burung). Selama ini hasil kerajinan dari bengkel Pak Wadi cukup
diminati oleh pembeli, bahkan beliau telah memiliki beberapa orang pelangganan
tetap. Ukiran fungsional indah pada
kerangka sangkar, serutan ruji-rujinya yang halus, serta warna cat dan
pliturnya yang cerah merupakan ciri kas dari sangkar burung yang dihasilkan bengkel Pak Wadi.
Sangkar burung Pak Wadi memakai
bahan baku kayu dan bambu. Beliau memperoleh bahan baku tersebut dengan
membelinya dari seseorang yang telah menjadi langganannya. Dalam pemilihan
bahan baku beliau tidak pernah sembarangan, karena menurutnya bahan baku sangat
menentukan kualitas dari sangkar burung yang dihasilkan. Kayu yang digunakan
untuk pembuatan kerangka sangkar biasanya adalah jenis kayu jati yang telah
cukup tua. Sedangkan bambu yang dipilih adalah bambu jawa hijau yang sudah tua dan
telah kering.
Dalam pembuatan sangkar burung, tempat
kerajinan Pak Wadi menggunakan teknik
serut dan ukir. Sementara peralatan yang digunakan diantaranya : gergaji,
serutan, bor, amplas, gergaji ukir, paku, lem G, dan pion. Proses pengerjaan
sangkar burung dilakukan oleh dua orang pekerja. Menurut penuturan salah
seorang pekerja, cara pengerjaannya yaitu dengan, pertama menggergaji kayu
sesuai ukuran yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian kayu tersebut diserut
dan diberi ornamen-ornamen ukiran lalu dibor. Kayu-kayu yang telah dibor distel
agar saat dipasang bisa pas dan tidak meleyot. Setelah selesai distel dan
dirangkai kemudian diberi ruji dan diamplas. Sentuhan yang terakhir yaitu
memberi cat atau bisa juga diplitur.
Dibandingkan dengan sangkar burung
yang lain, sangkar burung buatan Pak Wadi memiliki beberapa keunggulan terutama
dalam ornamen-ornamen hiasan ukiran fungsional yang ditempatkan secara pas,
sehingga menimbulkan kesan yang indah. Ukirannya pun menyeluruh, mulai dari
bagian atas sampai bagian bawah. Untuk jenis ukiran bisanya hanya sekedar improfisasi
dan mengira-ira supaya sangkar terlihat lebih menarik, sehingga enak dipandang
mata. Namun bila ada pesanan tentang motif kesukaan pelanggan beliau juga bisa
mengusahakanya.
Setiap bulan bengkel Pak Wadi mampu
menghasilkan sekitar empat puluh buah sangkar burung. Tapi bengkel Pak Wadi
melakukan penjualan setiap dua hari sekali, dan dalam penjualan itu biasanya
Pak Wadi mendapatkan penghasilan sekitar tiga ratus ribu rupiah. Sementara dua
orang pekerjanya digaji dua puluh ribu dalam sehari, jadi untuk dua hari dan
dua pekerja Pak Wadi harus mengeluarkan biaya delapan puluh ribu. Tentu saja
jumlah penghasilan beliau cukup besar mengingat dulunya beliau hanya
mengeluarkan uang lima belas ribu untuk modal. Menurut beliau selalu berusaha
dan tidak mudah putus asa adalah kunci keberhasilannya.
Selama ini Pak Wadi masih memasarkan
hasil produksinya di kota Jogja. Namun bila usahanya ini terus berkembang ada
kemungkinan beliau akan memasarkannya ke luar daerah Jogja.