Kakako termasuk buah yang sangat diminati oleh masyarakat.
Dalam proses budidayanya pembibitan kakao bisa dilakukan melalui dua cara yaitu
generative dan vegetative. Bagi sebagian besar petani cara budidaya secara generative
dinilai lebih praktis dan efisien berikut akan dibahas mengenai cara pembibitan
kakao secara generative.
Perbanyakan generatif adalah teknik memperbanyak tanaman
dengan menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetative merupakan pembibitan
yang biasanya menggunakan teknik setek, okulasi, cangkok atau kultur jaringan.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan perbanyakan generatif dibanding vegetatif.
Proses pembibitan secara generatif lebih praktis karena
benih bisa disimpan dalam waktu lama, pengiriman benih lebih fleksibel dan
tanaman berdiri kokoh karena memiliki akar tunjang. Hanya saja, dengan teknik
ini sifat-sifat tanaman belum tentu seragam dan bisa saja berlainan dengan
tanaman induknya.
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pembibitan
kakao menggunakan teknik perbanyakan generatif. Tahapan-tahapan tersebut antara
lain penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat pembibitan kakao, penyemaian, penyiapan
media tanam, pemindahan kecambah dan pemeliharaan bibit.
Penyiapan bahan tanam
Dalam proses pembibitan proses penyipan bahan tanam menjadi
salah satu proses yang sangat penting. Karena bahan tanam adalah inti dari
kegiatan ini.
Dalam penyediaan bahan tanam dari kebun produksi, tanaman
induk yang akan digunakan sebagai sumber benih harus memenuhi persyaratan
antara lain kondisi tanaman sehat dan kuat, memiliki produktivitas tinggi,
serta berumur antara 12 – 18 tahun.
Selanjutnya dari tanaman induk tersebut diambil buah yang
sudah masak sempurna. Buah yang sudah masak ditandai dengan perubahan warna
menjadi kuning untuk buah yang kulitnya hijau atau menjadi jingga untuk buah
yang kulitnya merah.
Buah-buah tersebut kemudian dipecah dan diambil bijinya.
Biji yang digunakan sebagai benih terletak pada bagian poros atau tengah-tengah
buah. Dalam satu buah umumnya hanya digunakan 20-25 biji saja.
Biji-biji tersebut kemudian dibersihkan dari lendir (pulp)
yang menempel. Caranya, campurkan serbuk gergaji atau abu gosok pada biji yang
berlendir. Kemudian remas-remas dengan tangan. Setelah itu biji dicuci
menggunakan air mengalir untuk kemudian diangin-anginkan hingga kering selama 1
hari. Setelah kering biji siap untuk dikecambahkan.
Penyiapan tempat pembibitan kakao
Langkah selanjutnya dalah mempersiapkan tempat untuk
pembibitan kakako. Tidak ada syarat khusus untuk tempat pembibitan kakao
asalkan di tempat itu tidak terdapat gangguan yang bisa menghalangi tumbuhnya
kakao.
Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1,2 meter dan
panjang maksimal 10 meter dengan arah membujur utara-selatan. Tanah untuk
bedengan tersebut kemudian dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa perakaran.
Tanah dicangkul sedalam 30 cm untuk kemudian digemburkan, dihaluskan, dan
diratakan.
Tambahkan pasir kira-kira lima sentimeter pada permukaan
tanah yang sudah rata. Penggunaan pasir dimaksudkan agar akar kecambah kakao
lebih mudah dicabut saat pemindahan ke polibag. Agar pasir tidak longsor, tepi
bedengan harus diberi dinding penahan berupa papan kayu, bambu, atau batu bata.
Bedengan dilengkapi dengan naungan untuk menghidarkan
semaian dari teriknya sinar matahari atau tetesan air hujan secara langsung.
Naungan dibuat dari daun kelapa, daun tebu, atau dari anyaman daun alang-alang.
Naungan dibuat dengan tinggi tiang sebelah timur 1,5 meter serta di sebelah
barat 1,2 meter.
Penyemaian benih
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan
menyiapkan proses penyemaian benih. Dalam proses ini kita harus berhati-hati
karena ini merupakan proses yang menentukan tumbuhnya suatu bibit. Benih-benih
kakao yang akan disemai terlebih dahulu direndam dalam larutan formalin 2,5%
selama 10 menit agar jamur tidak tumbuh.
Benih kemudian diletakkan di lapisan pasir dengan posisi
bagian yang rata menghadap ke bawah. Benih ditekan ke dalam lapisan pasir
sehingga kira-kira sepertiga bagian benih terbenam dalam media pasir. Benih
disemai secara berjajar dengan jarak 2,5 x 5 cm.
Setelah benih selesai disemai, bedengan kemudian disiram
dengan air untuk kemudian ditutup dengan daun alang-alang kering yang sudah
dicelupkan ke dalam larutan fungisida. Semaian benih disiram setiap bagi dan
sore dan setelah 4-5 hari di persemaian, benih kakao akan mulai berkecambah dan
harus segera dipindahkan ke pembibitan polibag.
Penyiapan media tanam
Selanjutnya siapkan polybag atau bisa menggunakan toples
bekas untuk memindahkan biji yang sudah berkecambah. Polibag yang digunakan
adalah polibag yang berukuran 20 cm x 30 cm dengan tebal 0,08 mm. Polibag ini
kemudian diisi dengan media tanam berupa campuran tanah top soil, pupuk
kandang, dan pasir yang telah diayak dengan perbandingan 2:1:1. Pengisian media
tanam dilakukan hingga 1-2 cm dari tepi batas atas polibag.
Polibag-polibag yang sudah terisi media tanam kemudian diletakkan
di bawah naungan yang sudah disiapkan.
Naungan pembibitan polibag serupa dengan naungan persemaian. Polibag disusun
dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 60 x 60 x 60 cm. Polibag yang sudah
tersusun rapi kemudian disiram air hingga jenuh.
Pemindahan kecambah
Selanjutnya setelah memakan waktu empat sampai dengan lima hari
di persemaian, benih-benih kakao sudah mulai berkecambah. Benih-benih ini harus
segera dipindahkan ke polibag yang sudah disiapkan. Dalam kegiatan ini, seleksi
terhadap kecambah perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas.
Kecambah-kecambah yang akarnya bengkok, pertumbuhannya lambat, dan kecambah
yang sudah tumbuh lebih dari 14 hari harus dipisahkan.
Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar
tunggang tidak putus. Pengambilan kecambah dilakukan menggunakan bantuan solet
bambu. Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media tanam di
polibag yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar tunggang kecambah
sebisa mungkin diusahakan agar dapat berdiri lurus dalam lubang tersebut.
Selanjutnya lubang ditutup dengan media untuk kemudian dibiarkan hingga dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Pemeliharaan bibit
Langkah selanjutnya yang sangat penting adalah prses
pemeliharaan bibit agar bibit bisa mencapai tumbuh yang sempurna.
Penyiraman mutlak perlu dilakukan agar bibit tidak mengalami
kekeringan. Saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari, sedangkan saat musim hujan penyiraman disesuaikan dengan keadaan
media tanam dalam polibag.
Pemupukan pada bibit kakao dilakukan setiap 14 hari sekali
sampai bibit berumur 3 bulan. Pemupukan dilakukan dengan pupuk urea yang telah
dilarutkan dalam air. Larutan pupuk urea dibuat dengan konsentrasi 1%, ini
berarti dalam 1 liter larutan terkandung pupuk urea sebanyak 10 gram.Setiap
bibit disiram larutan pupuk hingga 100 ml. Setelah penyiraman pupuk, bibit
perlu disiram kembali menggunakan air bersih agar larutan pupuk urea yang
menempel pada bagian tanaman luruh.
Pengendalian hama penyakit pada pembibitan kakao dilakukan
tergantung pada kondisi serangan. Jika hama dan penyakit seperti kutu putih,
aphis, kumbang kecil, atau cendawan pembusuk menyerang bibit, pengendalian
dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sesuai dosis.
Setelah 3 bulan, bibit kakao telah memiliki minimal 18-24
helai daun, diameter batang sekitar 8 mm, dan tinggi 50 – 60 cm. Bibit ini pun
sudah siap untuk ditanam di lapangan atau bisa pula diokulasi dan disambung
untuk memperbaiki kualitas bibit kakao yang dihasilkan.